Pages

Kamis, 25 November 2010

Mari SEDIKIT Membuka Diri dan Lebih Bertanya-Tanya


Bismillah,
Biasanya kalau saya menulis judul tidak koheren dengan isinya. Soalnya saya paling bingung kalau disuru bikin judul. Saya lebih suka bikin isi tulisan. Tulisan ini saya mulai pun tanpa judul. Hem,
Betapa luas makna segala tindak dan hal dari Nabi Muhammad SAW dan para shohabatnya. Betapa luas makna Al Hadits yang sampai kepada kita sebenarnya. Tapi tidaklah makna dan faedah yang terkandung didalamnya pernah disentuh secara mendalam di dalam pengajian L*** (eits, jangan marah dulu, ini yang saya dan teman ex rasakan sewaktu ikut ta’lim. Tapi, …
saya yaqin yang keluar yang lain juga seperti itu, he he he. Gak percaya? Coba deh keluar n ikut ta’lim! He he he, maaf sengaja).
Ini saya dapat beberapa bulan lalu,
Satu contoh kecil, kenapa sih para shohabat menggambarkan lamanya sholat Nabi Muh. SAW seperti Nabi Muh. SAW sholat dhuhur di roka’at pertama lamanya seperti membaca surat ini atau surat itu…bla bla bla (untuk lafadznya cek ndiri lah, toh sebenarnya kita semua pintar, hem).
Makna yang terkandung secara garis besar tentang hadits itu, kita sudah tau bersama lah, baik secara tersurat maupun tersirat. Tapi ketersiratan itu sampai pada kedalaman mana itu yang perlu kita selami (seh, mulai dari berenang yah, he he).
Ternyata yah yah ternyata itu, saking seringnya mereka membaca Al Qur’an, maka mereka tau seberapa lama sholat Nabi Muhammad kalau di analogikan dengan lamanya membaca surat tertentu. Semua akan paham, karena mereka semua rajin2 getoh baca Qur’annya bahkan hapal kan. Jadi kalau disebut lamanya seperti membaca surat ini maka para shohabat langsung ngeh bayangan lamanya itu berapa lama gitu. Tidak pakai menit karena shohabat sedemikian dekatnya dengan membaca Al Qur’an. Biar lebih mudah seperti ini; (ini saya mangkul (eits…mangkul, he he he) dari seorang ustadz lulusan medinah waktu itu beliau sebagai penerjemah da’i dari mekkah yang mampir memberi pituah di sini (hayo dimana? He he he). Analoginya seperti ini (dengan inti yang sama dan bahasa yang berbeda, semua ini karena keterbatan penulis mencatat setiap kata yang beliau tuturkan, pokoke intinya gini lho (eits jangan bantah, kan pokoke mangkulnya dari Abah dulu gini, ya gini, he he), pernah suatu ketika beliau naik kapal mau nyebrang (Madura-surabaya) trus beliau bertanya pada orang yang didekatnya. “Pak kira-kira berapa lama kita sampai di seberang?” orang itu menjawab. “yah, kalau habis rokok saya yang sebatang ini, maka kita sampai”. Hem…… kenapa dia menjawab seperti itu? Menurut dia, lamanya perjalanan ke seberang adalah selama dia menghabiskan rokoknya yang sebatang yang baru saja dia gunakan. Kenapa? Yah iyalah, karena dia begitu seringnya merokok dalam keadaan itu dan sedemikian dekatnya penyebrangan itu dengan dirinya di dalam kali atau saat dan tentu saja tetap dengan rokok. Jadi pertanyaan itu bukan hal yang sulit. Tidak perlu pake rumus, dalil atau perhitungan untuk menjawabnya. Menebak lama kapal sampai di seberang dengan waktunya menghisap sebatang rokok. Kalau ditanya pake menit, mungkin dia tidak akan tahu. Mungkin….. kenapa? Karena dia tidak menggunakan jam tapi menggunakan rokok. He he he
Jadi intinya, shohabat menganalogikannya dengan sesuatu yang mereka semua pahami dan mengerti, serta begitu dekat.
Subhanalloh betul saya rasakan sewaktu mendengar penjelasannya tentang ini. Dan perlu saya tekankan bahwa tulisan saya ini tidak bisa mewakili secara keseluruhan rasa yang terkandung didalamnya ketika kita mendengarnya secara “live”. Kalau mau tau seperti apa rasanya, harusnya langsung ikut ta’lim. Tapi skali lagi, jangan hanya ikut ta’lim karena tanpa dasar. Kalian haruslah tau dulu kesalahan dan kekeliruan apa yang ada dalam tubuh L*** yang tidak termaafkan dan tidak bisa ditolerir. Kekeliruan pada judul blog sebelumnya, belumlah sampai pada kesalahan yang lebih berat. Belum inti banged. Kalian harus cari tau. Blog teman2 ex yang ada di daftar atas BLOGS WAJIB BACA halaman ini bisa cukup membantu. Sehingga dengan begitu kalian akan lebih mudah menerima. Wallohu a’lam.
Hem, Ilmu itu luas. Amat luas. Dan tidak sesempit yang ada pada mangkulanku di L***. Banyak lagi yang lain….. yang membuat kita ber wah wah dan berkagum kagum. Yang perlu kita lakukan adalah: jangan langsung percaya penasehat dari L*** yang berkoar2 akan kebenaran mereka di atas mimbar. Saya tau itu sulit, karena pemahaman itu bukan masalah yang konkrit tapi abstrak dan tertanam di lubuk bahkan mungkin sejak kita semua masih kecil. TAPI, coba belajar mulai membuka diri, tanya2 yang keluar, diskusi ringan saja, tidak usah yang berat2. Kalau perlu tantang yang keluar, ah itu kan karena anda belum dengar nasehat nya pakubumi yang dari Mekkah (saya pikir tak perlu lah saya sebut namanya, toh refers to ke siapa sudah kita pahami). Coba kalau dengar, saya yakin kembali lagi ke L***. Tantang yang keluar seperti itu, gak pa2 kok. Hem, tapi, betulkah demikian? Mereka yang keluar mendengarkan nasehat pakubumi yang baru pulang dari mekkah bukannya mau kembali, malah tersenyum2 simpul sambil mendengarkan. Kenapa mereka tersenyum simpul? Bahkan ada yang geleng2 kepala. Ada lagi yang senyum simpul sambil geleng2 sambil berucap astaghfirulloh. Bahkan ada yang pegang jantung. He he he. Ada banyak ekspresi kekecewaan dan ketidakterimaan yang muncul. Mau tau kenapa? Tanya!!!!!! Dan Tantang mereka!!!!!!!!! Gak tau mau bilang apa. buka2 blog2 para ex2 L***. Supaya jelas siapa yang berada di atas al haq. Cek di www.waspada354.blogspot.com untuk fatwa ulama mekkah tentang L***. Kalo susah donlot ke rumah sj. Kebetulan ada banyak. He he he

Senin, 01 November 2010

KASIH SAYANGKU UNTUK L***


Bismillah… Sungguh, tidaklah saya menulis blog ini, kecuali dengan niat dan tujuan agar kita semua bisa menyesuaikan segala hal dengan Qur’an dan Hadis. Tidakkah kita semua punya kewajiban untuk saling tolong menolong dalam kebaikan??? Saudaraku … maaf kalau di blog sebelumnya ternyata ada kata-kata yang kurang baik dan tidak enak dibaca….. sungguh, maafkan saya…. mungkin ini kekhilafan dari kekurangan saya. tapi tolong plis, renungkan seberapa negatif kata-kata kalian untuk kami yang keluar? Bukankah ‘beberapa’ dari kalian mengatakan kami mur**d? tapi tidaklah hal itu membuat kami mencap bahwa kalian apa begitu…… tidak dan sungguh tidak. Kami tetap menganggap kalian semua saudara dan kaum muslimin. Sungguh!!! Ini bukan budi luhur tapi ini adalah suara hati saya.
Tidaklah saya berdiri disini, menulis, mencoba membuka sesuatu yang ada dan saya ketahui kepada saudara-saudaraku yang lain? Tidakkah kalau ada suatu produk yang merusak ¬¬¬¬¬¬kita umat islam, maka kita akan mengingatkan saudara kita yang kita SAYANG dan CINTAI untuk tidak menggunakannnya? Benar kah kalau kita temukan kerusakannya kemudian kita biarkan saja saudara kita menkonsumsinya? Benarkah itu wahai saudaraku? Tolong jawab…….
Tidaklah saya menulis ini, tidaklah saya memikirkan ini, kecuali dengan perasaan hati yang berat, airmata yang tumpah, dan sesak yang menghimpit kalbu……..
Namun, tidakkah saya harus berbuat sesuatu? Berbuat untuk mengingatkan, meskipun saya akui, saya juga masih butuh selalu diingatkan. Karena kita semua hanyalah manusia biasa. Bukankah demikian?
Saya merasa sakit dan perihnya hati yang saya alami untuk semua orang L***. Saya membuat ini untuk semua orang L***. Bukan untuk sebuah nama L***. Tetapi untuk orang-orang di dalamnya yang masih saya sayangi dan cintai. Tentunya dengan tetap mengedapankan cinta saya kepada Alloh dan RosulNYA.
Sungguh saya menulis bukan karena saya benci dengan L***. Tetapi justru keinginan terbesarku adalah agar kita semua termasuk L*** bisa menyesuaikan segalanya dengan Qur’an dan Hadis. Menghilangkan aqidah-aqidah yang tidak sesuai dengan Qur’an dan Hadis. Termasuk anggapan bahwa orlu adalah tidak diterima amalnya ….orlu adalah bukan org iman …orlu adalah tidak mendapat bagian surga… yang keluar adalah murt**, L*** jalan tunggal masuk ke surga, dsb…
Tidakkah kemudian kita juga mau menoleh dan melihat diri kita sedikit saja … seberapa kurang baik hati kita menuduh dan mencap kepada saudara-saudara islam yang diluar L***? Tidakkah kita mau sedikit memikirkan mereka juga? Kita mengk*f*rkan mereka, dan mencap m*rt*d orang yang keluar dari L***? Tidakkah itu adalah tuduhan yang jelek saudaraku? Bahkan mungkin saja lebih jelek dari apa yang ditulis di blog ini atau blog yang lainnya.
Sungguh, pernyataan yang ada di hati kita terhadap mereka orlu adalah sesuatu yang bukan saja menjelek-jelekkan mereka, tetapi lebih dari itu. Jadi mari, kita belajar dari pengalaman yang ada, sungguh blog-blog yang hadir semua bertujuan baik untuk dunia dan akhirot dengan sesuatu cara yang mungkin belum kita ketahui maknanya.
Dari seorang hamba yang lemah…

Senin, 25 Oktober 2010

KESESUAIAN L*** DENGAN AL QUR’AN DAN AL HADIST? PART 2


Assalaamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokaatuh. Saya mau curhat lagi. Saya hampir sakit memikirkan teman-teman dan keluarga yang masih L***. Itu lho, baca komen2 mereka di blog2 ex….aduh…..masih ada orang yang terkungkung begitu yah? Aduh hari gene…… Kok bisa lho, dalilnya disediakan tapi gak mudeng2. Malah ada yang sampe siap membunuh menghalalkan darah kaum muslimin asal sudah ada perintah imam. Lho? Malah tambah kelihatan khowarij nya. Keluar aslinya. Cek definisi khowarij rek. insyaAlloh Alloh paring kemudengan. Orang yang masih sholat dan melaksanakan rukun islam kok mau dibunuh? Nabi Muhammad aja melarang membunuh orang kalau dia masih sholat. Hayo….Hem….akhirnya saya tidak focus kemana-mana lah, malas makan, bahkan tidak mau sambung (lho? He he he he, sapa juga yang mau sambung ke L***? He he he). Tujuannya saya bikin postingan ini yah kalau antum punya jawaban ilmiah maka monggo kita jawab bersama. Toh saya juga manusia yang ucapannya amat sangat bisa ditolak ketika tidak sesuai dengan dalil dan silahkan diterima bila sesuai dalil. Hem, bingung rasanya kalau taqiyah terus, taqiyah terus (baca: bithonah). Baca blog mantan L*** gak boleh, soalnya blog-blog itu dalilnya kuat-kuat (coba baca link blog di samping, GUARANTEED!!!!) bantahannya ilmiah sesuai Qur’an Hadis yang shoheh dan atau sederajatnya yang bisa dijadikan hujjah. Jadi kalau baca blog-blog para mantan mubaligh L*** jelaslah terpengaruh untuk keluar juga dari L*** (he he he). Tentunya semua biiznillah. Jadi kalau mau tetap di L*** dan masa bodo dengan isu-isu hotnya, maka jadilah kita seperti katak di bawah tempurung. Enjoy it. Meski ada yang gak sesuai dalil yang dikaji, maju terus tidak boleh bertanya, nanti jadi bani isroil (he he he he ada-ada saja). Kalau ada yang tidak sesuai dalil masa gak boleh dipertanyakan? Justru harus dipertanyakan!
Jadilah ada seseorang yang bertanya tentang sebuah hadis yang dikaji di L***. Simak contoh jawaban yang sungguh tidak ilmiah berikut:
A: mba tidak ada hadisnya bolehnya memperlihatkan kaki (mulai bawah mata kaki sampe ke bawah; karena L*** kan gak nutup itu, red) di mba’?
B: ia sepertinya tidak ada. Coba Tanya mubaligh daerah?
A: ia. insyAlloh. Tapi memang hadis yang di kaji jelas seperti itu kan yang memanjangkan pakaian untuk wanita itu mba waktu zaman nabi….?
B: ia memang, kembali ke kepahaman individu masing-masing saja. Karena kepahamannya orang kan beda-beda
A: oh……. ( #@?*&^%$#!*&%#$?????)
Astaghfirulloh, ini perintah langsung Alloh Rosul lho. Kalau persenan yang tidak ada contoh dari hadis saja dinasehati terus sampe luber2. Eh, giliran perintah yang lebih kuat derajat hukumnya, kok serasa asoi geboi tidak dikerjakan sih? Tolong, plis, sedikit renungkan. Sedikitttttt saja.
Yang lucu lagi teman yang ajak diskusi, “gini lho mbak, kita harus bertahap, memang kaki harus ditutup, tapi ingat dulu Pak nurhasan. Dulu yang pertama orang-orang hanya berkerudung unyil, tapi Alhamdulillah sekarang udah pake jilbab yang baik. (baik yah? Lihat dan cek definisi jilbab yang benar beserta dengan hukum-hukum dan dalilnya) Karna ajakannya sedikit demi sedikit. Yang penting mereka mau meninggalkan syirik dulu…
Me: he he he, analoginya yang benar donk. Jangan ingat Pak Nurhasan, ingat Nabi Muh. SAW dulu. Ittiba’ nya kita kan harus ke Nabi Muhammad SAW. Bukankah Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan buat kita umat Islam? Dulu waktu turun ayat hijab, kaum wanita langsung berjilbab sehingga tampak seperti burung gagak…. Cek sendiri hadisnya. Ada juga di mangkulan L***
Sedikit kritis saja yang dibutuhkan…sedikit saja. Oh yah, mari kita lanjutkan postingan sebelumnya, the last number was 11. So,….
12. Ucapan ‘amal sholeh’ ketika meminta tolong dan sejenisnya. Dengan dalil yang manakah kita mengamalkan ini? Seperti saya ungkapkan pada tulisan saya sebelumnya; ilmu saya masih tipis, jadi kalau ada hadisnya, marilah kita sharing sama-sama. 
13. Ucapan “shollallohu ‘alaihi wasallam” ketika ada yang menyebut Nabi dengan menyertakan SAW. Contoh, ketika ada penasehat yang mengucapkan: Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam …. Maka pendengar alias peserta pengajian wajib dan akan merespon : “shollallohu ‘alaihi wasallam”. Cek kembali hadis kalian, jelas kok disitu, menyertakan ucapan SAW ketika menyebut nama nabi. Bukan mengucapkan SAW ketika ada yang bilang SAW. Tanya ulama donk! Di mekkah sekalian….
14. Terus masalah penyaksian orang yang meninggal. Dulu ingat betul deh, kalau di Gading nyolati mayit, setelah itu, qta menyaksikannya dengan mengatakan yang dalam bhs Indonesia ‘baik’ kalau gak salah tulis kita bilang ‘sae’ (maklum bukan orang Jawa). Yang nasehat kasi sejenis biografi orally kepada yang hadir. Terus disaksikan deh dengan ucapan ‘baik’ gitu. Kalau mau lihat hadisnya …… coba cek… liat pandangan ulama ahlusunnah tentang ini. Saya pernah menanyakannya pada seorang ustadz lulusan madinah dan jawabannya Totally different dengan yang dipraktekkan L***. Be a critical human! Kalau mau berkutat pada ilmu mangkul yang ternyata maudhu pun kita jadikan hujjah, maka bathil lah ilmu mangkul itu. Silahkan gugel juga tulisan ust Qomar tentang “bantahan terhadap ilmu mangkul”. Lengkap. Baca dan jangan terpengaruh!!!  Silahkan menikmati….
15. Ups…. Saya diajak berdialog dengan teman dari L*** yang masih ingin saya disana. Mereka mau membenarkan music senam barokah dengan hadis bahwa Nabi Muhammad pernah mengizinkan menggunakan alat music pada saat perkawinan. He he he….. analoginya yang tepat dunk. Keharomannya kan jelas (bukhori 5/2123 dll). Nabi Muhammad SAW membolehkannya pada saat perkawinan itu saja. Ini kok maunya senam barokah tiap minggu. Waduh…..tolong analoginya yang sedikit jernih ….
Have a look at the written language below:

Ada beberapa nyanyian yang diperbolehkan DIANTARANYA (kalau ada yang mau nambahkan tafaddhol…. Ni focus dulu di jawaban teman yang L*** diatas) yaitu:
• Menyanyi pada hari raya. Hal itu berdasarkan hadits A'isyah:"Suatu ketika Rosul Shollallahu 'Alaihi Wasallam masuk ke bilik 'Aisyah, sedang di sisinya ada dua orang hamba sahaya wanita yang masing-masing memukul rebana (dalam riwayat lain ia berkata: "... dan di sisi saya terdapat dua orang hamba sahaya yang sedang menyanyi."), lalu Abu Bakar mencegah keduanya. Tetapi Rasulullah malah bersabda: "Biarkanlah mereka karena sesungguhnya masing-masing kaum memiliki hari raya, sedangkan hari raya kita adalah pada hari ini." (HR. Bukhori)
• Menyanyi dengan rebana ketika berlangsung pesta pernikahan, untuk menyemarakkan suasana sekaligus memperluas kabar pernikahannya. Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Pembeda antara yang halal dengan yang haram adalah memukul rebana dan suara (lagu) pada saat pernikahan." (HR. Ahmad 3/418, At-Tirmidzi no. 1088, An-Nasa`i no. 3369, Ibnu Majah no. 1896. Dihasankan Al-Albani dalam Al-Irwa`, 7/1994).
• Cek juga HR. Al-Bukhori, Kitab An-Nikah no. 4852
Di antara berbagai alat musik yang diperbolehkan hanyalah rebana. Itupun penggunaannya terbatas hanya saat pesta pernikahan dan khusus bagi para wanita. Kaum laki-laki sama sekali tidak dibolehkan memakainya. Sebab Rosul Shollallahu 'Alahih Wasallam tidak memakainya, demikian pula halnya dengan para shohabat beliau Rodhiallahu 'Anhum Ajma'in.

Senin, 18 Oktober 2010

KESESUAIAN L*** DENGAN AL QUR’AN DAN AL HADIST? PART 1




Astaghfirulloh.......
Entah bagaimana menyadarkan orang tua dan saudara-saudaraku tentang selisihnya L*** dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Saya sudah berusaha tapi tetap saja doktrin L*** adalah kebenaran tunggal dan hanya L***yang masuk surga, tidak mudah lenyap begitu saja. Saya hanya bisa berdo’a. Saya bingung....
Begitu banyak blog-blog ex-L*** yang berusaha membuka belang dari L***, namun doktrin kebenaran tunggal itu tidak mudah lenyap. Saya hanya berharap, suatu saat nanti L*** bisa hilang dan lenyap dari bumi. Amien. Tragis yah do’anya? Demi kalian juga kok, agar bisa sama-sama masuk surga. Bukalah mata dan pikiran hai saudaraku. Hem, banyak sekali kesalahan yang ada dalam tubuh, L***, seandainya kita mau berpikir sedikit jernih saja (sedikit saja, biar gak usah banyak-banyak). Berikut saya tuturkan sedikit, untuk dali-dalilnya silahkan cek ke hadis-hadis yang kalian mangkul atau www.rumahku-indah.blogspot.com dkk. Banyak kok blog teman-teman ex....
1. Para wanita dibiarkan tidak menutup kaki (kaki bagian bawah; telapak kaki). Bukankah itu hukum yang tegas tentang aurot? Mereka dengan PD nya menganggap mereka yang terbaik dan yang lain kafir, sementara perintah saja tidak dikerjakan. PD gitu yah?
2. Bukankah segala hal yang baru adalah bid’ah? Trus persenan kok gak ada dalilnya? Berarti dia baru. Mereka berdalil memakai dalil pembersihan harta. Aduh bro..... pembersihan harta kan pake zakat.......tijel gitu mereka (tidak jelas). INGAT PAKE DALIL! DAN HARUS DALIL YANG SHOHIH.
3. Hem, masa katanya mereka mubaligh-ot itu gurune jagad. Tapi dulu waktu ku jadi mubalighotnya mereka, q gak tau dalil yang shoheh mana? Dhoif mana? Bahkan semua hadis dipake saja yang penting dari Pak Nurhasan. Kan mangkul. gurune jagad kok gak ngerti dhoif?? Di gading gak diajar she ……Walah..... Tapi... kalo memang mangkul dengan sambungan dari Nabi Muhammad SAW kok ada yang dhoif jiddan bahkan maudhu yang diamalkan dan dijadikan dalil untuk berhujjah yah? Aduh..... kalo maudhu itu palsu lho....ih menakutkan gitu..... have a look at www.rumahku-indah.blogspot.com. Baca dunk....baca..... he he he
4. Tolong berikan pula dalil nasehat ba’da jum’atan? Ada contohnya gak dari Nabi Muhammad SAW? Dari dulu ngaji di L*** gak pernah ada tuh dalil yang begitu. Tapi karena sudah jadi rutinitas dari imam terdahulu, yah beginilah jadinya. Kalau mau nasehat, ya nasehat aja, gak usah harus rutin habis jum’atan. Mang kelakuan imam (Pak Nurhasan, red) bisa dijadikan dalil? Aduh ..... Tijel lagi........ ittiba’ nya harus ke Nabi Muhammad SAW!
5. Kata dalil perempuan gak boleh pergi tanpa mahrom, neh: janganlah seorang wanita bepergian jauh (safar) kecuali bersama suami atau orang yang mempunyai hubungan mahrom (muttafaqun ‘alaihi diriwayatkan dari Ibnu Abbas dll) trus kenapa pake MT-mubalighot yang ditugaskan ke tempat jauh2 itu, gak ada mahrom kan? Mang boleh kalo Nabi Muhammad SAW bilang pake mahrom trus kita ganti pake imda atau pengurus gitu? Aduh bukankah itu merubah dalil, kok dibelokkan yah? Dulu sempat lho jadi MT. Setahun lebih..lumayan gak ada mahrom, berdosa lagi kan kalo menyelisihi dalil, alhamdulillah sekarang sudah gak tugas lagi, malah aku dah keluar dari L***. Syukur pol ditunjukkan kesalahan L*** sesuai dengan Qur’an dan Hadis, meski saya masih bisa dibilang baru, tapi saya sudah merubah pola pikir saya yang dulunya salah.
6. Begitu juga dengan penerobosan ibu-ibu....aduh.....apa boleh karena tujuannya baik trus kita melanggar perintah Nabi Muhammad SAW? hem,,,,,entahlah biar mereka yang menjawab tapi ingat bukan pake pembenaran tapi pake kebenaran dan dalil...
7. Coba cek dalil keharoman alat-alat musik... have a look at Bukhori (5/2123) no. 5268, Abu Dawud (4/46) no. 4039, Ibnu Hibban (15/154) no. 6754, Thobroni (3/282) no. 3417 dan Baihaqi (3/272) no. 5895. kok tembangan dan senam barokah pake musik seh? Yang senam barokah malah parah, dangdut rek.....
8. Selain L*** bukan kafir lho, selama mereka bersyahadat, sholat 5 waktu, puasa di bulan romadhon, zakat, berhaji ketika mampu, maka dia islam (ingat hadis tentang jibril yang membahas tentang islam, ‘akhbirnii anilislam……ada kok di hadis kalian).
9. Kalian mengkafirkan orlu berdasarkan laa islama kan? Padahal dalil itu juga tijel...hem
10. Dalil ucapan jazakumullohu khoiro yg pake jawaban ‘amien’. Ad gak dalilnya Nabi Muhammad SAW menyuruh membalas pake ‘amien’? ilmuku masih tipis juga, jadi kalau ada yg tau, tolong tunjukkan. (sambil senyum sumringah...he he he)
11. Next posting will be ........

Rabu, 17 Februari 2010

Sebuah Pengakuan dari Hati seorang ex L***



Sebelum memulai, saya perlu mengkisahkan bahwa saya sudah berada dalam organisasi ini sejak saya balita. Saya disebut sebagai bibit unggul, saya kemudian jadi semacam pejuang; pejuang agama yang ditugaskan untuk melancarkan aliran (yang ternyata ternyata ternyata ..... read this till the end) di sebuah pulau di bagian barat Indonesia, dan saya berada dalam lingkaran ini selama lebih kurang 20 tahun (saya lebih condomg menggunakan kata lebih; kok rasa2nya memang lebih) ukuran tahun yang mustahil kalau disebut tersesat. (saya pernah membaca orang L*** yang membela kelompoknya terhadap Bapak Bambang I, bahwa tidak mungkin bila seorang kemudian menyadari kesesatannya setelah lebih dari puluhan tahun berada di dalamnya dan sekali lagi, ucapan itu terbantahkan oleh pengalaman yang saya alami dan beberapa teman disini yang juga hijrah dari L***, setelah puluhan tahun kami berada di dalam L***.
Beberapa bulan yang lalu, ketika kepahamanku masih mengakar terhadap L***…
Tak ada satupun dari blog pencerca kelompokku ini yang kemudian mampu menggoyahkan bahkan mampir ke hatiku. Aku hanya membacanya. Kata-kata yang mereka ungkapkan hanya melewati mataku bahkan masuk ke hati dan otak apalagi akalku pun tidak. Lihat betapa kuat doktrin L*** ini. Semakin mereka merongrong kelompokku, maka semakin kuatlah akar hatiku mengatakan this is the truth. Gegeran ada untuk kebenaran, kata-kata yang kugunakan sebagai pedang melawan mereka secara maya.
Tidak, setelah seseorang dengan sabar (dan ber taqiyyah) menuntun dan memanduku menemukan www.rumahku-indah.blogspot.com.
Awal tau blog ini, hatiku juga masih demikian kokohnya menetapi L***. Blog apa ini? Sok pinter banget. Hm…banyak ulama2 orang luarnya. Pasti deh gak mangkul kayak Pak Nur Hasan. Mau kuat darimana hadisnya? Gak nyambung gitu sama Nabi. Banyak kitab-kitab karangan sebagai referensinya. Apalagi ketika membaca tentang ASAD yang ditulisnya.” Hm …. Masa biar begini gak boleh. Musik nya kan hanya untuk mengirinya, gak seru kan ada gerakan silat gak ada musiknya. Jangan terlalu sok lah dengan hadis dan bantahan tidak kuatmu itu. Hati kecilku berbisik. Kukatakan hadis dan bantahan tidak kuat, karena setauku dengan kepahaman L*** ku dan ilmu mangkul ku, bahwa hadis meskipun benar tidak bisa disebut benar kalau belum mangkul. (Padahal dalil tentang haromnya musik telah aku ketahui, tapi entah doktrin apa yang masuk sehingga dalil shohih tersebut tertutupi jauh dari akalku oleh doktrin L***.) Begitu juga dengan tulisannya tentang mangkul yang aku tantang habis-habisan dalam hatiku. Bagaimana mungkin kita bisa mengamalkan sesuatu tanpa mangkul. Tanpa guru? Adalah mangkul metode terbaik. Hadis/Qur’an diajar oleh mubalig dan jamaah dapat trasferan ilmu dengan penjelasan dan kalau ada praktek ya praktek. Trus bagaimana mau mengamal kalau prakteknya hanya melalui membaca kitab? Kita tidak akan tau seperti apa cara bertayamum kalau tidak dimangkulkan caranya, kondisi tangan kiri seperti apa dan kondisi tangan kanan seperti apa, dll. Dan akan berselisih pahamlah kita kalau mengartikan hadis secara pendapat sendiri tanpa mangkul dan hanya membaca kitab berdasarkan dalil-dalil yang telah aku hapalkan diluar kepala; MAN QOLA FII KITABILLAH AZZA WAJALLA BIRO’YIHI FA ASHOBA FAQOD AKHTO’. 'Barangsiapa berbicara tentang Kitabullah (Al-Quran) Azza wa Jalla dengan ro’yi (pendapat-nya sendiri), walaupun benar maka sungguh-sungguh (hukumnya) tetap salah”. ASTAGHFIRULLOH. silahkan baca penjelasan lengkap tentang mangkul dan cara memperoleh ilmu di www.rumahku-indah.blogspot.com dengan judul dialog tentang mangkul. Betapa sempit pikiranku selama ini tentang pemerolehan ilmu. Bacalah blog itu saudaraku. Dan resapi. Akan kau temukan kesalahn fatal yang ada dalam L***.
Tuntunan untuk mengetahui kebenaran memang butuh apa yang disebut pendekatan individu. Itu yang kuketahui. Apalagi untuk mengajak seorang yang disebut sebagai penyampai agama sekitar kurang lebih 8 tahun seperti aku, yang hidup sebagai apa yang mereka sebut bibit unggul dalam jamaah. Hingga tahun terakhir dari keL***anku, aku mencopot title yang kusandang selama lebih kurang 8 tahun itu dengan hati dan semua perasaanku. aku keluar. Untuk orang tuaku yang masih memelihara akar kepahaman terhadap L*** semoga Allah membukakan hati kalian untuk hijrah ke jalan yang benar, yang sesuai dengan Qur’an dan Sunnah. Demikian halnya dengan saudara-saudaraku yang masih dalam L***. Amin.

Aku mulai mengetahui kesalahan fatal yang ada dalam kelompokku ini yang ditutupi dengan sangat rapi. Blog-blog yang ada yang telah membuka hati dan pikiranku serta menyadarkanku adalah faktor pendukung yang cukup kuat untuk mengajak orang L*** menuju ke jalan yang aku sebut benar sekarang (karena kebenaran yang dulu ku sebut sebagai kebenaran ternyata salah total).
Saya pikir yang orang L*** butuhkan adalah bukan sekedar membaca blog tersebut, tetapi harus mau membuka diri dengan teman-teman yang sudah keluar. Sehingga akar permasalahan kenapa mereka keluar diketahui. Dan bukan seperti yang terjadi sekarang. Ketika ada yang keluar, kemudian tidak mau diajak bicara, bertegur sapa dan sejenisnya, apalagi kalau keluarnya ke manhaj salaf. Kata-kata murtad dan jangan berhubungan dengan si x lah yang keluar dari pangurus. Sebegitu mudahnya mengatakan orang murtad? Nauzubillah min dzalik. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan membukakan hatinya untuk menerima kebenaran dan mengikuti mereka yang telah hijrah ke jalan yang sesuai dengan Qur’an dan Sunnah.
Saya hanya ingin berpesan, kepada orang L*** tentunya. Kebenaran tidak akan kalian dapatkan kalau tidak membuka mata, hati dan pikiran. Baca dan renungkanlah kitab-kitab, buku-buku dan artikel-artikel yang telah diterbitkan terutama oleh saudara kita dengan manhaj salaf. Renungkanlah saudaraku... kenapa begitu banyak yang kelaur? Kenapa justru yang keluar adalah mereka yang dulunya dianggap sebagai orang pintar dan berilmu? Kenapa dan ada apa sebenarnya. Berpikir-pikirlah. Dan berdiskusilah dengan mereka. Barokallohu fiikum