Pages

Kamis, 25 November 2010

Mari SEDIKIT Membuka Diri dan Lebih Bertanya-Tanya


Bismillah,
Biasanya kalau saya menulis judul tidak koheren dengan isinya. Soalnya saya paling bingung kalau disuru bikin judul. Saya lebih suka bikin isi tulisan. Tulisan ini saya mulai pun tanpa judul. Hem,
Betapa luas makna segala tindak dan hal dari Nabi Muhammad SAW dan para shohabatnya. Betapa luas makna Al Hadits yang sampai kepada kita sebenarnya. Tapi tidaklah makna dan faedah yang terkandung didalamnya pernah disentuh secara mendalam di dalam pengajian L*** (eits, jangan marah dulu, ini yang saya dan teman ex rasakan sewaktu ikut ta’lim. Tapi, …
saya yaqin yang keluar yang lain juga seperti itu, he he he. Gak percaya? Coba deh keluar n ikut ta’lim! He he he, maaf sengaja).
Ini saya dapat beberapa bulan lalu,
Satu contoh kecil, kenapa sih para shohabat menggambarkan lamanya sholat Nabi Muh. SAW seperti Nabi Muh. SAW sholat dhuhur di roka’at pertama lamanya seperti membaca surat ini atau surat itu…bla bla bla (untuk lafadznya cek ndiri lah, toh sebenarnya kita semua pintar, hem).
Makna yang terkandung secara garis besar tentang hadits itu, kita sudah tau bersama lah, baik secara tersurat maupun tersirat. Tapi ketersiratan itu sampai pada kedalaman mana itu yang perlu kita selami (seh, mulai dari berenang yah, he he).
Ternyata yah yah ternyata itu, saking seringnya mereka membaca Al Qur’an, maka mereka tau seberapa lama sholat Nabi Muhammad kalau di analogikan dengan lamanya membaca surat tertentu. Semua akan paham, karena mereka semua rajin2 getoh baca Qur’annya bahkan hapal kan. Jadi kalau disebut lamanya seperti membaca surat ini maka para shohabat langsung ngeh bayangan lamanya itu berapa lama gitu. Tidak pakai menit karena shohabat sedemikian dekatnya dengan membaca Al Qur’an. Biar lebih mudah seperti ini; (ini saya mangkul (eits…mangkul, he he he) dari seorang ustadz lulusan medinah waktu itu beliau sebagai penerjemah da’i dari mekkah yang mampir memberi pituah di sini (hayo dimana? He he he). Analoginya seperti ini (dengan inti yang sama dan bahasa yang berbeda, semua ini karena keterbatan penulis mencatat setiap kata yang beliau tuturkan, pokoke intinya gini lho (eits jangan bantah, kan pokoke mangkulnya dari Abah dulu gini, ya gini, he he), pernah suatu ketika beliau naik kapal mau nyebrang (Madura-surabaya) trus beliau bertanya pada orang yang didekatnya. “Pak kira-kira berapa lama kita sampai di seberang?” orang itu menjawab. “yah, kalau habis rokok saya yang sebatang ini, maka kita sampai”. Hem…… kenapa dia menjawab seperti itu? Menurut dia, lamanya perjalanan ke seberang adalah selama dia menghabiskan rokoknya yang sebatang yang baru saja dia gunakan. Kenapa? Yah iyalah, karena dia begitu seringnya merokok dalam keadaan itu dan sedemikian dekatnya penyebrangan itu dengan dirinya di dalam kali atau saat dan tentu saja tetap dengan rokok. Jadi pertanyaan itu bukan hal yang sulit. Tidak perlu pake rumus, dalil atau perhitungan untuk menjawabnya. Menebak lama kapal sampai di seberang dengan waktunya menghisap sebatang rokok. Kalau ditanya pake menit, mungkin dia tidak akan tahu. Mungkin….. kenapa? Karena dia tidak menggunakan jam tapi menggunakan rokok. He he he
Jadi intinya, shohabat menganalogikannya dengan sesuatu yang mereka semua pahami dan mengerti, serta begitu dekat.
Subhanalloh betul saya rasakan sewaktu mendengar penjelasannya tentang ini. Dan perlu saya tekankan bahwa tulisan saya ini tidak bisa mewakili secara keseluruhan rasa yang terkandung didalamnya ketika kita mendengarnya secara “live”. Kalau mau tau seperti apa rasanya, harusnya langsung ikut ta’lim. Tapi skali lagi, jangan hanya ikut ta’lim karena tanpa dasar. Kalian haruslah tau dulu kesalahan dan kekeliruan apa yang ada dalam tubuh L*** yang tidak termaafkan dan tidak bisa ditolerir. Kekeliruan pada judul blog sebelumnya, belumlah sampai pada kesalahan yang lebih berat. Belum inti banged. Kalian harus cari tau. Blog teman2 ex yang ada di daftar atas BLOGS WAJIB BACA halaman ini bisa cukup membantu. Sehingga dengan begitu kalian akan lebih mudah menerima. Wallohu a’lam.
Hem, Ilmu itu luas. Amat luas. Dan tidak sesempit yang ada pada mangkulanku di L***. Banyak lagi yang lain….. yang membuat kita ber wah wah dan berkagum kagum. Yang perlu kita lakukan adalah: jangan langsung percaya penasehat dari L*** yang berkoar2 akan kebenaran mereka di atas mimbar. Saya tau itu sulit, karena pemahaman itu bukan masalah yang konkrit tapi abstrak dan tertanam di lubuk bahkan mungkin sejak kita semua masih kecil. TAPI, coba belajar mulai membuka diri, tanya2 yang keluar, diskusi ringan saja, tidak usah yang berat2. Kalau perlu tantang yang keluar, ah itu kan karena anda belum dengar nasehat nya pakubumi yang dari Mekkah (saya pikir tak perlu lah saya sebut namanya, toh refers to ke siapa sudah kita pahami). Coba kalau dengar, saya yakin kembali lagi ke L***. Tantang yang keluar seperti itu, gak pa2 kok. Hem, tapi, betulkah demikian? Mereka yang keluar mendengarkan nasehat pakubumi yang baru pulang dari mekkah bukannya mau kembali, malah tersenyum2 simpul sambil mendengarkan. Kenapa mereka tersenyum simpul? Bahkan ada yang geleng2 kepala. Ada lagi yang senyum simpul sambil geleng2 sambil berucap astaghfirulloh. Bahkan ada yang pegang jantung. He he he. Ada banyak ekspresi kekecewaan dan ketidakterimaan yang muncul. Mau tau kenapa? Tanya!!!!!! Dan Tantang mereka!!!!!!!!! Gak tau mau bilang apa. buka2 blog2 para ex2 L***. Supaya jelas siapa yang berada di atas al haq. Cek di www.waspada354.blogspot.com untuk fatwa ulama mekkah tentang L***. Kalo susah donlot ke rumah sj. Kebetulan ada banyak. He he he

Senin, 01 November 2010

KASIH SAYANGKU UNTUK L***


Bismillah… Sungguh, tidaklah saya menulis blog ini, kecuali dengan niat dan tujuan agar kita semua bisa menyesuaikan segala hal dengan Qur’an dan Hadis. Tidakkah kita semua punya kewajiban untuk saling tolong menolong dalam kebaikan??? Saudaraku … maaf kalau di blog sebelumnya ternyata ada kata-kata yang kurang baik dan tidak enak dibaca….. sungguh, maafkan saya…. mungkin ini kekhilafan dari kekurangan saya. tapi tolong plis, renungkan seberapa negatif kata-kata kalian untuk kami yang keluar? Bukankah ‘beberapa’ dari kalian mengatakan kami mur**d? tapi tidaklah hal itu membuat kami mencap bahwa kalian apa begitu…… tidak dan sungguh tidak. Kami tetap menganggap kalian semua saudara dan kaum muslimin. Sungguh!!! Ini bukan budi luhur tapi ini adalah suara hati saya.
Tidaklah saya berdiri disini, menulis, mencoba membuka sesuatu yang ada dan saya ketahui kepada saudara-saudaraku yang lain? Tidakkah kalau ada suatu produk yang merusak ¬¬¬¬¬¬kita umat islam, maka kita akan mengingatkan saudara kita yang kita SAYANG dan CINTAI untuk tidak menggunakannnya? Benar kah kalau kita temukan kerusakannya kemudian kita biarkan saja saudara kita menkonsumsinya? Benarkah itu wahai saudaraku? Tolong jawab…….
Tidaklah saya menulis ini, tidaklah saya memikirkan ini, kecuali dengan perasaan hati yang berat, airmata yang tumpah, dan sesak yang menghimpit kalbu……..
Namun, tidakkah saya harus berbuat sesuatu? Berbuat untuk mengingatkan, meskipun saya akui, saya juga masih butuh selalu diingatkan. Karena kita semua hanyalah manusia biasa. Bukankah demikian?
Saya merasa sakit dan perihnya hati yang saya alami untuk semua orang L***. Saya membuat ini untuk semua orang L***. Bukan untuk sebuah nama L***. Tetapi untuk orang-orang di dalamnya yang masih saya sayangi dan cintai. Tentunya dengan tetap mengedapankan cinta saya kepada Alloh dan RosulNYA.
Sungguh saya menulis bukan karena saya benci dengan L***. Tetapi justru keinginan terbesarku adalah agar kita semua termasuk L*** bisa menyesuaikan segalanya dengan Qur’an dan Hadis. Menghilangkan aqidah-aqidah yang tidak sesuai dengan Qur’an dan Hadis. Termasuk anggapan bahwa orlu adalah tidak diterima amalnya ….orlu adalah bukan org iman …orlu adalah tidak mendapat bagian surga… yang keluar adalah murt**, L*** jalan tunggal masuk ke surga, dsb…
Tidakkah kemudian kita juga mau menoleh dan melihat diri kita sedikit saja … seberapa kurang baik hati kita menuduh dan mencap kepada saudara-saudara islam yang diluar L***? Tidakkah kita mau sedikit memikirkan mereka juga? Kita mengk*f*rkan mereka, dan mencap m*rt*d orang yang keluar dari L***? Tidakkah itu adalah tuduhan yang jelek saudaraku? Bahkan mungkin saja lebih jelek dari apa yang ditulis di blog ini atau blog yang lainnya.
Sungguh, pernyataan yang ada di hati kita terhadap mereka orlu adalah sesuatu yang bukan saja menjelek-jelekkan mereka, tetapi lebih dari itu. Jadi mari, kita belajar dari pengalaman yang ada, sungguh blog-blog yang hadir semua bertujuan baik untuk dunia dan akhirot dengan sesuatu cara yang mungkin belum kita ketahui maknanya.
Dari seorang hamba yang lemah…