Pages

Rabu, 17 Februari 2010

Sebuah Pengakuan dari Hati seorang ex L***



Sebelum memulai, saya perlu mengkisahkan bahwa saya sudah berada dalam organisasi ini sejak saya balita. Saya disebut sebagai bibit unggul, saya kemudian jadi semacam pejuang; pejuang agama yang ditugaskan untuk melancarkan aliran (yang ternyata ternyata ternyata ..... read this till the end) di sebuah pulau di bagian barat Indonesia, dan saya berada dalam lingkaran ini selama lebih kurang 20 tahun (saya lebih condomg menggunakan kata lebih; kok rasa2nya memang lebih) ukuran tahun yang mustahil kalau disebut tersesat. (saya pernah membaca orang L*** yang membela kelompoknya terhadap Bapak Bambang I, bahwa tidak mungkin bila seorang kemudian menyadari kesesatannya setelah lebih dari puluhan tahun berada di dalamnya dan sekali lagi, ucapan itu terbantahkan oleh pengalaman yang saya alami dan beberapa teman disini yang juga hijrah dari L***, setelah puluhan tahun kami berada di dalam L***.
Beberapa bulan yang lalu, ketika kepahamanku masih mengakar terhadap L***…
Tak ada satupun dari blog pencerca kelompokku ini yang kemudian mampu menggoyahkan bahkan mampir ke hatiku. Aku hanya membacanya. Kata-kata yang mereka ungkapkan hanya melewati mataku bahkan masuk ke hati dan otak apalagi akalku pun tidak. Lihat betapa kuat doktrin L*** ini. Semakin mereka merongrong kelompokku, maka semakin kuatlah akar hatiku mengatakan this is the truth. Gegeran ada untuk kebenaran, kata-kata yang kugunakan sebagai pedang melawan mereka secara maya.
Tidak, setelah seseorang dengan sabar (dan ber taqiyyah) menuntun dan memanduku menemukan www.rumahku-indah.blogspot.com.
Awal tau blog ini, hatiku juga masih demikian kokohnya menetapi L***. Blog apa ini? Sok pinter banget. Hm…banyak ulama2 orang luarnya. Pasti deh gak mangkul kayak Pak Nur Hasan. Mau kuat darimana hadisnya? Gak nyambung gitu sama Nabi. Banyak kitab-kitab karangan sebagai referensinya. Apalagi ketika membaca tentang ASAD yang ditulisnya.” Hm …. Masa biar begini gak boleh. Musik nya kan hanya untuk mengirinya, gak seru kan ada gerakan silat gak ada musiknya. Jangan terlalu sok lah dengan hadis dan bantahan tidak kuatmu itu. Hati kecilku berbisik. Kukatakan hadis dan bantahan tidak kuat, karena setauku dengan kepahaman L*** ku dan ilmu mangkul ku, bahwa hadis meskipun benar tidak bisa disebut benar kalau belum mangkul. (Padahal dalil tentang haromnya musik telah aku ketahui, tapi entah doktrin apa yang masuk sehingga dalil shohih tersebut tertutupi jauh dari akalku oleh doktrin L***.) Begitu juga dengan tulisannya tentang mangkul yang aku tantang habis-habisan dalam hatiku. Bagaimana mungkin kita bisa mengamalkan sesuatu tanpa mangkul. Tanpa guru? Adalah mangkul metode terbaik. Hadis/Qur’an diajar oleh mubalig dan jamaah dapat trasferan ilmu dengan penjelasan dan kalau ada praktek ya praktek. Trus bagaimana mau mengamal kalau prakteknya hanya melalui membaca kitab? Kita tidak akan tau seperti apa cara bertayamum kalau tidak dimangkulkan caranya, kondisi tangan kiri seperti apa dan kondisi tangan kanan seperti apa, dll. Dan akan berselisih pahamlah kita kalau mengartikan hadis secara pendapat sendiri tanpa mangkul dan hanya membaca kitab berdasarkan dalil-dalil yang telah aku hapalkan diluar kepala; MAN QOLA FII KITABILLAH AZZA WAJALLA BIRO’YIHI FA ASHOBA FAQOD AKHTO’. 'Barangsiapa berbicara tentang Kitabullah (Al-Quran) Azza wa Jalla dengan ro’yi (pendapat-nya sendiri), walaupun benar maka sungguh-sungguh (hukumnya) tetap salah”. ASTAGHFIRULLOH. silahkan baca penjelasan lengkap tentang mangkul dan cara memperoleh ilmu di www.rumahku-indah.blogspot.com dengan judul dialog tentang mangkul. Betapa sempit pikiranku selama ini tentang pemerolehan ilmu. Bacalah blog itu saudaraku. Dan resapi. Akan kau temukan kesalahn fatal yang ada dalam L***.
Tuntunan untuk mengetahui kebenaran memang butuh apa yang disebut pendekatan individu. Itu yang kuketahui. Apalagi untuk mengajak seorang yang disebut sebagai penyampai agama sekitar kurang lebih 8 tahun seperti aku, yang hidup sebagai apa yang mereka sebut bibit unggul dalam jamaah. Hingga tahun terakhir dari keL***anku, aku mencopot title yang kusandang selama lebih kurang 8 tahun itu dengan hati dan semua perasaanku. aku keluar. Untuk orang tuaku yang masih memelihara akar kepahaman terhadap L*** semoga Allah membukakan hati kalian untuk hijrah ke jalan yang benar, yang sesuai dengan Qur’an dan Sunnah. Demikian halnya dengan saudara-saudaraku yang masih dalam L***. Amin.

Aku mulai mengetahui kesalahan fatal yang ada dalam kelompokku ini yang ditutupi dengan sangat rapi. Blog-blog yang ada yang telah membuka hati dan pikiranku serta menyadarkanku adalah faktor pendukung yang cukup kuat untuk mengajak orang L*** menuju ke jalan yang aku sebut benar sekarang (karena kebenaran yang dulu ku sebut sebagai kebenaran ternyata salah total).
Saya pikir yang orang L*** butuhkan adalah bukan sekedar membaca blog tersebut, tetapi harus mau membuka diri dengan teman-teman yang sudah keluar. Sehingga akar permasalahan kenapa mereka keluar diketahui. Dan bukan seperti yang terjadi sekarang. Ketika ada yang keluar, kemudian tidak mau diajak bicara, bertegur sapa dan sejenisnya, apalagi kalau keluarnya ke manhaj salaf. Kata-kata murtad dan jangan berhubungan dengan si x lah yang keluar dari pangurus. Sebegitu mudahnya mengatakan orang murtad? Nauzubillah min dzalik. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan membukakan hatinya untuk menerima kebenaran dan mengikuti mereka yang telah hijrah ke jalan yang sesuai dengan Qur’an dan Sunnah.
Saya hanya ingin berpesan, kepada orang L*** tentunya. Kebenaran tidak akan kalian dapatkan kalau tidak membuka mata, hati dan pikiran. Baca dan renungkanlah kitab-kitab, buku-buku dan artikel-artikel yang telah diterbitkan terutama oleh saudara kita dengan manhaj salaf. Renungkanlah saudaraku... kenapa begitu banyak yang kelaur? Kenapa justru yang keluar adalah mereka yang dulunya dianggap sebagai orang pintar dan berilmu? Kenapa dan ada apa sebenarnya. Berpikir-pikirlah. Dan berdiskusilah dengan mereka. Barokallohu fiikum