Pages

Minggu, 21 Agustus 2011

Menikah i2 PERJUANGAN Part 1



Sebenarnya kejadian yang akan menimpa saya ini, sudah diprediksikan bahkan diberikan terapi-terapi ancaman oleh teman ikhwa yang kebetulan belum berani keluar TOTAL.
Dia: yakin mau menampakkan diri keluar? (menampakkan diri?hem)
Me: sepertinya begitu.
DIa: yakin dengan resikonya?
Me; kalau begini terus saya tersiksa. Ngaji datang sj tapi hati gak disitu. Tersiksa sekali dirasa. Sementara tempat ta’lim yang mau saya datangi itu banyak. Ilmu yang mau saya cari itu banyak. Dan tempatnya bukan disitu….mbagaimana kah?
Dia: saya tidak memikirkan itu…. Maksud saya, ada hal yang harus kalian siap hadapi nanti.
Me: oh, tentang menikah kh?
Dia: ia, siapa nanti walinya?
Me: hem, tapi saya berat mau dusta hanya demi menikah.
Dia: pikirkan baik2. Saya kuatir nanti sulit menikah….
Me: jazakallohu khoiro atas perhatiannya
Dia: kalau ikhwa yang keluar tidak akan ada masalah besar. Tapi kalian,,,, tetap butuh wali
Me: diam
Dia: jadi bagaimana?
Me: saya coba jalani dulu, ngaji2, hem
Dia: ia. Sambil pikir2?
Me; ia
Setelah lebih kurang satu bulan saya jalani, dua bulan, dst ternyata saya tidak sanggup. Akhirnya
Me: afwan, saya harus keluar. Untuk menikah itu urusan nanti. Bukankah jodoh itu tidak akan tertukar?
Beberapa bulan kemudian. Semua yang diprediksikan teman itu terjadi dan terpampang nyata di depan mataku. Hiks hiks… air mata, sedih, dan keimanan masih menancap di hatiku secara berbarengan.
Maaf nak, kalo bukan orng **** saya tidak bisa jadi wali.
Bahkan sempat saya dianalogikan dengan “kan’an”… Ya Alloh…. Qodarulloha wa maa sya’a fa’al…
Jadi seorang ikhwa yang mau maju saya suruh mundur untuk menghargai kedua orang tuaku.
Afwan jiddan. Mungkin saya belum bisa bersikap. Saat ini saya belum bisa. Tafaddhol kita dengan akhwat lain.
Setelah beberapa saat. Saya selalu berdo’a dan berharap. Orang tua saya bisa menerima saya yang seperti ini.
Semoga saja ada jalan keluar yang baik. Saya selalu berharap besar Alloh memudahkan dan meridhoi jalanku. Saya yakin, mungkin karena bukan dia yang terbaik untukku.
Sampai akhirnya sayapun diperkenalkan dengan ikhwa lain yang cukup membuat saya condong setelah istikhoroh.
Saya bahasakan keadaan saya. saya beritahu tentang semua ini bagian demi bagian meski belum pada edisi lengkap melalui mediasi.
Perjuangan baru dimulai.
Namun sampai beberapa saat ini. Tidak ada penerang dari zona masalah yang saya hadapi.
Kemanakah Paradigma Baru itu?
Yang lebih sedih lagi….. nak kalo ada yang meninggal di kalian itu, ada yang ngurus?
Astaghfirulloh…….
Jadi nanti kalian menikah nya dimana?
Ya Alloh …..
Apa yang saya alami ini tidak bisa saya bahasakan sempurna. Terlalu berat untuk diinterpretasikan dan saya kuat untuk dan dengan sebuah kalimat.
AALLOHU AMAROKI BIHADZA?
IDZAN LAA YUDI’INA
Kuatkan dan ridhoi saya Ya Alloh